Beranda Maluku Utara Kisah Dibalik Tema Legu Gam 2019

Kisah Dibalik Tema Legu Gam 2019

1595
0

TERNATE – Legu Gam atau Pesta Rakyat yang merupakan tradisi rakyat bersama Kesultanan Ternate dalam rangka pengabdian kepada bangsa dan negara.

Semenjak tahun 2002 tradisi ini kemudian di jadikan event dalam bentuk festival dengan mengambil momentum hari lahirnya Sultan Ternate ke 48 yakni Sultan Mudaffar Sjah.

Legu Gam Moloku Kie Raha 2019 mempunyai nilai yang sangat strategis sebagai momentum persatuan budaya bagi rakyat Maluku Utara.

Jo Ngofa, Hidayat Mudaffar Sjah saat melakukan press conference yang dilaksanakan di Pendopo Kesultanan Ternate, menjelaskan tema legu Gam 2019 yaitu Ternate Mercusuar Indonesia, dan Indonesia Mercusuar Dunia.

“Ternate Mercusuar Dunia, tidak perlu heran karena dari zaman sebelum Masehi, Ternate sudah menjadi Mercusuar Dunia,” kata Jo Ngofa.

Kisah Jo Ngofa, Itu harus diakui karena Ternate sudah menjadi pusat Perdagangan internasional, bangsa Cina pada zaman dinasti Tang, saat itu sudah menemukan daerah penghasil cengkeh, dan sudah terjadi barter pada saat itu, dengan menukarkan sutera dengan Cengkeh.

Kemudian para ahli sejarah mencoba menelusuri perjalanan orabg Cina mencari cengkeh itu dengan sebutan Bandar Jalur Sutra.

“Yang seharusnya itu Bandar Jalur cengkeh, bukan Bandar Jalur Sutra,” sela Jo Ngofa.

Lanjutnya, beberapa ratus tahun kemudian terjadi lagi perdagangan internasional, di Moloku Kieraha yang dilakukan oleh bangsa Eropa, mereka menelusuri jejak keberadaan Cengkeh sehingga mereka menemukan tempat cengkeh itu berada, hingga berdatanganlah Bangsa Eropa untuk melakukan transaksi perdagangan internasional.

“Perdagangan Internasional itu, perdagangan antar negara, kami ini dulu negara berdaulat sebelum kami dijajah oleh penjajah, kami adalah negara berdaulat,” tegasnya.

Karena itu, pada saat itu Ternate dan Kesultanan di sekitarnya sudah benar-benar menjadi Mercusuar Dunia.

“Karena cengkeh dan pala, bangsa asing datang, karena cengkeh dan pala Moloku Kieraha di jajah oleh Portugis selama 150 tahun, dan selama 350 tahun oleh Belanda, dan 2,5 tahun oleh Jepang.

“Hanya karena Cengkeh bukan yang lain, karena cengkeh, bangsa-bangsa dan negara-negara kerajaan di jajah dan kami mengawali itu dengan portugis selama 150 tahun,” pungkasnya. (HT)