Beranda Maluku Utara Syair Tahta  Sang Kapita

Syair Tahta  Sang Kapita

2121
0
Penulis

Malam itu purnama berkilau-kilau merayu
Bintang-bintang jatuh di pelupuk mata Kie Matubu
Sorotnya menembus rimbun dedaunan cengkeh dan pala
Cahayanya mendera istana
Dan kota-kota lengang akibat kalah perang

Siapa sangka tatkala Galvao mulai murka
Diperintahkannya armada berlapis-lapis bala dan tentara
Dengan kapal-kapal perang bertabur senjata
Menyalakan bara perang yang berkobar-kobar di Mareku
Menghujam ke segala penjuru, lalu mereka terus memburu
Hingga Aliansi Kie Raha terkapar dan takluk

Malam itu purnama berkilau merayu
Gubernur Galvao adalah satu-satunya laki penentu
Layaknya para jawara perang, siapa saja bisa ditendang
Dan Sultan Amir Iskandar Zulkarnain menghormati itu
Bagitu pula Deyalo yang memilih jalan hening, juga Kolano Jailolo dan Bacan
Keempatnya menghela nafas pasraaah…

Ah..kepada siapa tahta ini akan berpindah
Itu terserah sang Pemenang
Galvao lalu mengambil sikap
Ia putuskan serahkan tahta Tidore dari Sang Sultan yang dituduh memberontak
Kepada Kapita yang bisa diajak berpihak
Tapi Galvao salah
Tapi Galvao keliru
Dikiranya kuasa membutakan matahati
Dikiranya tahta menyilaukan nurani
Disangkanya singgasana membikin Kapita melupakan saudara sendiri

Malam itu purnama berkilau merayu
Dan Kaicil Rade, Kapita Lau yang terhormat itu memilih tak terbujuk rayu
Ia menolak jalan adu domba
Jalan pintas orang-orang Eropa dalam mengoyak-ngoyak jazirah Kie Raha
Didadanya masih terselip rasa
Lalu dalam tegak berdiri, Kapita menumpahkan kata-kata
“Beta sudah mengikhlaskan diri beta dalam posisi sebagai hamba
bagi saudara kandung beta,
Beta tara izinkan aib menimpa beta dan keluarga beta”

Setelah itu purnama benar-benar hinggap di kepala Kapita
Sorotnya menusuk ke rongga dada dan kaki Gubernur Galvao
Mengiring raganya pulang ke Ternate

RUSLY SARAHA
Ternate, 9 November 2018