GN-MOROTAI, Tiga kepala daerah pencetus kerjasama ‘segitiga emas’, yakni Walikota Ternate, Walikota Tidore Kepulauan dan Bupati Halmahera Barat (Halbar) melakukan tatap muka dengan Pj, Bupati Kabupaten Pulau Morotai. Bertempat di aula kantor Bupati Pulau Morotai, Jumat (3/2) siang.
Para pimpinan daerah ‘segitiga emas’ yang didampingi Sultan Tidore, Husain Sjah serta SKPD terkait guna menjajaki peluang kerjasama disejumlah sektor, seperti pertanian, perikanan dan pariwisata.
Pj. Bupati Kabupaten Pulau Morotai, Samsudin Abdurahman Kadir dalam sambutannya mengatakan kedatangan tiga kepala daerah ini bersama yang Sultan Tidore merupakan satu peluang yang baik untuk bagaimana memajukan Kabupaten Pulau Morotai kedepan.
“Melalui pertemuan seperti ini tentunya kita bisa melihat sekaligus menjajaki kerjasama, apa yang bisa dibangun seperti yang sudah dilakukan daerah ‘segitiga emas’ untuk mensejahterakan masyarakatnya yang tentunya bikin iri kabupaten lain di Maluku Utara.
Samsudin lebih lanjut mengatakan, untuk sektor perikanan, Morotai diprioritaskan sebagai sentra produksi perikanan terpadu, posisi 15 di Indonesia. Selain itu di sektor pariwisata, Morotai menjadi 10 destinasi wisata yang diprioritaskan. Sedangkan sektor pertanian pihaknya telah menyiapkan 600 hektar lahan persawahan yang itu akan berpotensi untuk dilakukan kerjasama.
“Mudah-mudahan bisa bekerjasama dengan kami. Karena kami yakin dengan niat yang baik pasti akan mendatangkan hasil yang baik pula,” harapnya.
Pada kesempatan itu juga, Walikota Ternate, Burhan Abdurahman mengatakan Provinsi Maluku Utara yang merupakan provinsi yang belum terlalu lama. Akan sangat lambat kemajuannya apabila diantara kabupaten/kota tidak ada sinergitas, dalam artian jalan sendiri-sendiri dan itu sangat dirasakan.
Menurutnya, Ternate sebagai pusat jasa dan perdagangan. Sehingga, mengapa gagasan ‘segitiga emas’ dilakukan, karena salah satu yang dominan adalah kebutuhan pangan yang setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat Kota Ternate yang sebagian besar didatangkan dari luar daerah.
“Implementasi kerjasama ‘segitiga emas’ mulai dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, khususnya para petani yang ada di Halbar dan Tikep. Ini menunjukan kalau Provinsi Maluku Utara bisa untuk membangun ketahanan pangan tanpa harus bergantung ke daerah lain di luar Malut,” paparnya.
“Saya telah mengatakan kepada para distributor yang ada di Ternate, Insha Allah, kalau kerjasama ini berjalan baik, dua atau tiga tahun lagi kita sudah tidak perlu mendatangkan kebutuhan pokok masyarakat dari luar Malut, termasuk beras yang mungkin akan kita datangkan dari Morotai,” harapnya. (*)