Beranda Maluku Utara Di Kalaodi, Ada Keping Humanisme Yang Melekat Dalam Buku Hasil Donasi

Di Kalaodi, Ada Keping Humanisme Yang Melekat Dalam Buku Hasil Donasi

1386
0

TIDORE – Problem di negeri ini begitu banyak dan tidak pernah ada habisnya jika dibahas, bahkan tidak sedikit yang masih tabu. Tidak hanya soal hubungan antara manusia dengan manusia, pro kontra kerusakan alam, kesetaraan gender, hukum, politik, dan mengelola perbedaan biar bisa diterima di tengah masyarakat saja.

Hubungan manusia dengan alam serta hubungan manusia dengan buku masih menjadi problem serius. Untuk mewujudkan ini agar bisa berjalan harmonis juga tidak demikian mulus dan lancar untuk diterima, apalagi bagi warga yang tinggal di daerah terpencil. Namun akan ada pengecualian jika semuanya bisa direkatkan melalui buku.

Beruntung, saat ini di Kelurahan Kalaodi, Kecamatan Tidore Timur, Kota Tidore Kepulauan (Tikep), problem itu sudah mulai di pecahkan, sebuah pandopo literasi yang di bangun di lingkungan Dola tepat di Kelurahan itu pelan-pelan mulai mengubah mindset masyarakat, terutama mindset anak-anak di kelurahan tersebut. Kini anak-anak Kalaodi sadar bahwa mereka harus membaca agar cerdas.

Kenapa harus dari Kalaodi, karena kampanye mengajak masyarakat melawan kebodohan lewat buku tidak melulu dengan orasi menyampaikan teori-teori rumit dan sulit dipahami. Membangun sebuah pandopo yang bernama ‘Folila’ sebagai sentral literasi menjadi mungkin masyarakat berinteraksi langsung dengan buku dan justru lebih efektif.
Alasan lain, karena selama ini Kelurahan Kalaodi hampir sangat jarang di jamah dengan dinamika pendidikan. Akibatnya, hampir semua anak-anak yang tinggal di Kelurahan Kalaodi setiap harinya hanya menghabiskan waktu bermain di hutan, padahal mereka seharusnya mendapat jaminan pendidikan yang layak.

Dengan kehadiran pandopo Folila, kini anak-di yang hidup di bawah kaki bukit Tagafura itu mulai mengisi hari-harinya dengan membaca buku. Selain mereka juga harus menjaga alam sekitar. Mereka mulai sadar bahwa buku justru mebuat mereka cerdas dalam beraksara.

Itu sebabnya, para perintis pandopo Folila bersama komunitas literasi lain, seperti Liter@si School dJAMAN Malut saat ini gencar mengkampanyekan literasi di Kalaodi melalui sosial media. Tujuanya agar Pemerintah menaruh perhatian serius terhadap dinamika pendidikan di Kalaodi.
Tertarik akan cerita Literasi di Kalaodi, wartawan media ini lalu coba mengintip kondisi pandopo Folila, Sabtu beberapa pekan kemarin. Ternyata ada keping humanisme yang tumbuh lewat buku hasil donasi para dermawan yang peduli dengan generasi di Kalaodi.
Sore itu tepatnya pada Sabtu (9/9/2017) wartawan media ini tiba di Kalaodi dan langsung bergegas menuju Pandopo Folila atau diheja menjadi (Fola Literasi Kalaodi), banyak sekali bocah usia SD dan SMP duduk lesehan di atas pandopo Fola Literasi Kalaodi (Folila), mereka memilih satu judul buku diantara ratusan buku yang disediakan untuk dibaca, di tempat itu ada juga yang mengerjakan tugas sekolah, belajar membaca puisi, berdongen dan berpantun.

Folila adalah rumah berbentuk gazebo berukuran kecil yang diperuntukan sebagai ruang tempat belajar bagi anak-anak di Kelurahan Kalaodi, Kecamatan Tidore Timur Kota Tidore Kepulauan. Darwin Usman, Mincok, Oji, Hamzah Falilat dan Astri Hasan, adalah arsitek yang membangun gazebo beratapkan daun rumbia dengan dinding dan lantai berbahan bambu.

Astri Hasan, salah seorang perintis Folila mengaku, selesai gazebo ini dibangun, belum langsung difungsikan karena terkendala dengan koleksi buku. “Buku-buku di sini masih sedikit, sudah ada yang sumbang, tapi itu jumlahnya terbilang sedikit, kita ingin dapat banyak buku, anak-anak di sini (Kalaodi) harus punya banyak bahan bacaan,” Kata salah As yang juga tercatat sebagai alumni HMI Cabang Ternate.

Dalam kerisauan itu, datang kabar anggota Liter@si School Djaringan Mahasiswa Nuku (dJAMAN Malut) di Ternate siap mendulang donasi buku bacaan untuk Folila. “Mereka datang ke Kalaodi, karena Ketua Folila ini juga dari DJAMAN Malut, terus mereka bilang akan bantu, dan Alhamdulillah, sudah ada ratusan buku yang mereka antar hasil donasi buku dari teman-teman mereka di Ternate, kami sangat senang teman-teman mahasiswa dJAMAN Malut bisa membantu kami mendapatkan buku,” ucapnya.

“Saat mereka datang, mereka juga menawarkan untuk menginap di Kalaodi selama 2 hari, tujuanya agar mereka bisa memantau dan mengajarkan apa yang mereka tahu kepada adik-adik siswa di Kalaodi,” sambungnya.

Alhasil, setelah mereka kumpulkan dan serahkan buku kepada pengelola Folila, mereka langsung action. Kata Ketua Folila, Hamzah Falilat, pengurus dan anggota Liter@si School dJAMAN Malut ini datang mengajarkan puisi, berpantun, berbahasa inggris, dan memberikan pemahaman kepada anak-anak beserta orang tua anak perihal pentingnya pendidikan saat ini.

“Secara pribadi dan Folila, kami sangat berterima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang sudah bersusah payah mendulang donasi buku untuk keperluan bahan bacaan siswa di Kalaodi,” kata Mahasiswa semester akhir Falultas Pertanian Unkhair Ternate itu.

Kata Hamzah, ide membentuk Folila ini didasari atas beberapa hal, diantaranya, minimnya anak-anak Kalaodi membaca buku, setiap hari anak sepulang sekolah langsung bermain, bukan belajar, ini yang membuat ia bersama kakak-kakanya risau dan membentuk Folila. “Kami ingin anak-anak Kalaodi ini menjadi generasi gemilang, cerdas, mereka harus lebih baik dari kami sekarang, kami ingin orang lain kenal Kalaodi itu sebagai kampung adat yang anak-anaknya cerdas, mandiri dan bisa menjadi contoh bagi yang lain,” ungkapnya.

Tujuan yang lain kata Hamzah, harus ada kampanye literasi agar masyarakat terbiasa melihat pembicang buku di gazebo Kalaodi. Ia mengaku, sejak gazebo Folila dibangun, ia akhirnya lebih sering menemui para penggeram literasi lain yang lebih sapuh di Kalaodi. “Yang pernah datang ke sini itu, ada dari Perpustakaan Independensia, wartawan lokal, dan yang paling lama serta banyak membantu kami yakni dari Liter@si School, ada juga Walhi Malut di sini, mereka sudah banyak membantu kami, mereka sudah lama sekali bersama kami,” akunya seraya menambahkan, ternyata melalui buku anak-anak bisa lebih humanis, meski pun harus butuh waktu lama, tapi tanda-tanda anak-anak humanis itu sudah mulai muncul sekarang.
Kebetulan di tempat itu ada juga pengurus dan anggota Liter@si School dJAMAN malut, mereka sedang mengajarkan puisi, berdongeng, berbahasa inggris dan bahkan mengajarkan anak-anak yang bacaanya masih mengeja kata. Koordinator Liter@si School dJAMAN Malut, Rustam Umar bercerita, anak-anak Kalaodi memiliki minat baca yang cukup tinggi, namun karena tidak memiliki buku dalam jumlah banyak, mereka akhirnya lebih banyak bermain ketimbang membaca buku.

“Mereka semua bagus-bagus, minat baca juga tinggi, meskipun ada beberapa yang masih malu-malu,” katanga.
Ia mengaku, setelah balik dari Kalaodi, ia bersama teman-temanya masih akan mendulang buku untuk disalurkan ke Komunitas Folila. “Sekarang ada teman-teman di Ternate yang masih bergerak mencari donasi buku, insha Allah akan kami serahkan itu setelah terkumpul semua, yang kami serahkan kemarin itu kami tidak sempat hitung, tapi jumlahnya sudah ratusan,” akunya seraya menambahkan, dalam waktu dekat ia dan teman-temanya akan menggelar pelatihan video grafi bagi Komunitas Folila.
Sementara tim pengajar dari Liter@si School, Jaitun Toduho mengatakan, belum banyak yang diajarkan, tetapi masyarakat Kalaodi sangat merespon kegiatan itu. “Jargon yang dipakai di sini adalah satu, dua, tiga, mantap, baca buku, biar pintar, artinya mari baca buku biar pintar, cuman dipakai logat lokal biar kampanye literai bisa masif di masyarakat,” singkatnya.

Sementara ketua RW 01, Kamarudin Falilat mengaku, program literasi di Kalaodi merupakan terobosan baru yang penting untuk dijalankan. “Saya tidak terlalu mengerti apa itu literasi, tapi saya lihat kegiatan anak-anak baca buku ini saya sangat senang, saya suport, terus kembangkan kegiatan ini di Kalaodi biar anak-anak menjadi pintar,” ujarnya.

Selain belajar, setiap tamu yang datang ke gubuk Folila juga akan disuguhkan Kopi dabe, kopi rempah asli khas Tidore. Biar membekas kesan baik, setiap yang minum kopi tidak diminta bayar dengan uang, tetapi dibayar dengan buku.

Kini waktu sudah mulai malam, wartawan media ini pun berpamitan untuk kembali, meski sudah mulai bergegas kembali, namun dari kejauhan, masih nampak keping humanisme yang melekat dalam buku hasil donasi para dermawan literasi. Anak-anak di lembah Kalaodi begitu ramah, dan orang-orang kalaodi sangat peka dengan alam, mereka sudah menganggap alam sebagi bagian dari kehidupanya. Itu sebabnya kampung di bawah kaki bukit Tagafura ini dikenal sebagai kampung ekologi. (Nas)