TIDORE – Untuk mengembangkan sektor industri kreatif atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku Utara (Malut) berencana untuk mendorong Tenun Puta Dino. Karena menurutnya saat ini selain batik, tenun merupakan salah satu kerajinan yang sangat digemari oleh masyarakat, sehingga Malut juga harus memilikinya.
Kepala Perwakilan BI Malut, Dwi Tugas Waluyanto saat dihubungi mengatakan, tenun Puto Dino yang direncanakan untuk dikembangkan di Malut adalah berasalah dari Tidore Kepulauan. sebab menurut perpustakaan nasional, ada beberapa arsip atau literatur dari tenun tidore yang ditemukann di Belanda. Selain itu, di Kesultanan Tidore juga hampir setiap hari ada yang menggunakan tenun misalnya Abdi Dalam dan lain sebagainya. “Saya rasa Tidore lebih tepat untuk dikembangkan tenun, karena sudah memiliki corak motif tersendiri, yaitu motif khas Tidore,” kata Dwi.
Saat ini tenun juga merupakan salah satu kerajinan yang sangat diminati oleh masyarakat. untuk itu, seharusnya produk khas daerah tersebut juga harus dimiliki di Malut. Dengan semangat itulah, sehingga pihaknya akan terus mendorong agar Malut juga memiliki kain tenun khas.
Dwi juga menceritakan, ketertarikan untuk mengembangkan tenun khas Malut juga bersamaan dengan salah satu perempuan yang berasal dari Tidore yang memiliki kreatifitas juga tinggi dan kecintaan akan tenun. Sehingga bersama-sama mereka akan mengembangkan tenun khaa tidore. Untuk langkah awalnya, mereka akan memilih beberapa penenun yang betul-betul diseleksi. “kemudian untuk penenun tersebut harus memiliki pengetahuan mengenai tenun serta jiwa seni yang tinggi,” jelasnya.
Dari hasil seleksi, terpilih 4 orang untuk diberangkatkan ke Jepara agar dapat belajar tenun, mulai dari cara buat hingga menejmen pengelolaan untuk pemasaran. Selain itu, mereka yang dikutsertakan untuk belajar tenun, diharapkan ketika sekembalinya nanti dapat mengajarkan atau memberikan pelatihan kepada masyarakat, yang masing akan menangani sepuluh orang. Dengan demikian, maka diharapkan produktifitas tenun dapat berkembang disana, dan menjadi sebuah industri bagi masyarakat. “Mereka berempat yang terpilih, dalam minggu ini akan sudah diberangkatkan ke Jepara untuk belajar selama satu bulan. ketiga dari mereka berasal dari Tidore dan satu diantaranya berasal dari Ternate,” ungkapnya.
Sementara itu, untuk bahan dan alat tenun semuanya dalam waktu dekat ini juga sudah ada, saat ini sedang dalam tahap pengerjaan. Untuk benangnya akan disahakan berkualitas, sehingga produk yang dihasikkan juga memeiliki kualitas yang tidak kalah dengan daerah lain, seperti tenun NTT, Lombok, Papua, Jepara dan lainnya. Namun untuk mesin tenun yang direncanakan, akan menggunakan alat tenun bukan mesin, atau alat tenun tradisonal. Sehingga keaslian atau original produk itu lebih diutamakan, agar dapat bersaing di kancah nasional.
Sehingga dengan dikembangkan tenun Tidore ini, maka Malut atau Tidore khususnya juga diharapkan dikenal sebagai salah satu penghasil tenun terbaik di Indonesia. Bahkan, jika industri dapat berjalan dengan baik, juga dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. “Saya pikir agar bagaimana ketika org berbicara mengenai tenun, pasti Tidore juga merupakan salah satu daerah yang dibahas, karena memiliki kualitas tenun yang baik,” tutupnya. (HARI)