HALSEL – Pagelaran Event Widi International Fishing Tournament (WIFT) 2017, di Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Provinsi Maluku Utara (Malut), terbilang sukses. Namun ditenggarai kurang lebih ada 15 rumah yang dibongkar pemda setempat demi terlaksananya event tersebut.
Penulusuran wartawan di pulau Widi, pasca dibongkar, rumah milik warga ini diberikan ganti rugi masing-masing sebesar Rp. 10 juta. Ibu Rahiya dan suaminya Lasiani serta Haji Hasim mengisahkan rumah mereka dibongkar demi event berskala internasional itu.
Rahiya salah satu warga Widi yang rumahnya dibongkar mengatakan, awalnya Pemerintah Kabupaten Halsel meminta rumah warga yang berada di pantai Pulau Widi agar segera di bongkar demi terlaksananya event tersebut. Mereka dijanjikan akan dibangunkan rumah baru.
Namun, sebelum rumah baru yang dijanjikan dibangun, diduga rumah warga langsung dibongkar. “Janjinya akan bangun rumah baru lebih dulu kemudian dilakukan pembongkaran, tetapi sampai rumah di bongkar tidak ada pembangunan rumah baru,” katanya.
Selain dibongkar kata dia, sejumlah rumah juga dibakar lantaran pemilik rumah belum melakukan pembongkaran. “ Setelah dibongkar, selama satu pekan kami harus tidur di bawah pohon beralaskan tikar,” tuturnya.
“Kami menuntut harus diganti, sehingga kami diberikan uang senilai Rp 10 juta per KK,” tutur Rahiya.
Meski begitu lanjut Rahiya, mengeluhkan uang tersebut tidak mencukupi kebutuhan untuk membangun rumah baru, sebab, kebutuhan pembangunan rumah berupa papan dan balok sangat mahal. Dan untuk mendapatkan papan dan balok tersebut harus dibeli di Gane Luar.
“Kami beli papan dan balok di kampung, saat ini kayu balok dan papan harganya sudah mahal per kubik senilai Rp 1,5 juta. Belum lagi kami harus sewa katinting (perahu) untuk memuat balok dan papan. Jadi bagi kami uang senilai Rp 10 juta tidak cukup membeli bahan-bahan pembangunan rumah baru,” imbuhnya.
Sementara itu Haji Hasim, Salah satu Warga Widi yang sudah empat tahun menetap di pulau Widi, rumahnya juga di bongkar oleh pemerintah. Pasca Pensiun dari Pegawai negeri sipil, saya memilih menetap di pulau ini, dengan membangun rumah di tepi pantai, namun rumah saya di bongkar oleh pemerintah, dengan janji dibangun kembali rumah kami namun sampai saat ini, pemerintah tak kunjung membangun rumah kami tapi mengganti rugi dengan uang 10 juta.
Mantan Kepala Puskesmas Gane Luar ini menambahkan, “Perjanjian dibangun kembali rumah kami ini dari pemerintah Provinsi melalui Dinas Perkim Provinsi Malut, namun hingga kini tidak kunjung dibangun sehingga kami harus membuat rumah darurat berdinding papan, beratap terpal dan beralaskan tanah”.
Pria paruh baya yang kesehariannya bekerja sebagai nelayan dan menjual ikan asin ini, mengisahkan kehidupannya pasca rumahnya dibongkar oleh pemerintah, setiap malam dirinya harus tidur beralaskan tikar dengan menahan udara dingin, dan pada siang hari harus tinggal di bawah pohon karena sebagian atap rumahnya belum terpasang atap.
Hasim juga berharap, kepada pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan dan Pemerintah Provinsi secepatnya membangun rumah warga 15 kepala keluarga tersebut, sehingga apabila hujan kami tidak kehujanan”, harap Haji Hasim. (HI)