Sutopo berharap pemenuhan stok sayur dari petani lokal
TERNATE – Rapat perdana tim penanganan inflasi daerah (TPID) Kota Ternate pada Januari 2018, rapat dipimpin oleh Ketua TPID yang juga selaku Sekretaris Daerah Kota Ternate Tahid Soleman, dihadiri juga oleh seluruh tim penanggulangan inflasi daerah yang melibatkan seluruh Organisasi Perangkat daerah (OPD) maupun stakeholder juga instansi vertikal BPS dan Bank Indonesia. Senin (5/2/2018).
Sutopo Abdullah Sekretaris TPID saat ditemui usai rapat menyatakan, beberapa agenda yang dibahas salah satunya adalah, laporan inflasi di Januari 2018.
“Jadi di bulan Januari Ternate mengalami inflasi 0,65 persen dan secara Nasional itu 0,62 persen,” ujarnya.
Pada intinya kata dia, kita mengalami inflasi pada Januari 2018, penyebab inflasi ini diantaranya bahan makanan, 1,13 Persen, makanan jadi (minuman, rokok dan tembakau) 3,47 persen dan perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,06 persen kemudian sandang 0,10 persen, pendidikan rekreasi dan olahraga 0,01 persen.
“Transpor, komunikasi dan jasa keuangan dia mengalami deflasi 0,85 persen termasuk kesehatan juga mengalami deflasi 0,01 persen,” jelas Sutopo.
Untuk komunitas pangan itu menurut dia, diantaranya beras, daging ayam ras, ikan segar, kacang panjang, bawang merah, cabe rawit, ikan goreng, rokok putih dan rokok kretek itulah yang menjadi penyumbang inflasi Kota Ternate di Januari 2018.
Rapat itu masing-masing OPD menyampaikan program aksi TPD Kota Ternate yang telah dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2018 itu totalnya juga telah disampaikan.
“Semoga minggu depan kita bisa mengetahui sejauh mana, program pemerintah kota Ternate, dalam hal ini TPID dalam penanganan inflasi tahun 2018,”harapnya.
Kemudian, sesuai dengan hasil penyampaian para distributor maupun sembako itu, bisa memenuhi kebutuhan di Ternate 2018, juga sebelumnya Kota Ternate yang ketergantungannya ke Surabaya maupun NTB dan Makasar itu sudah mulai keluar dan berdasarkan laporan yang kita dapat, ketergantungan kita hanya pada jenis sayur itu dari Manado saja sedangkan lebutuhan yang lain sudah bisa di pasok dari produksi petani yang ada di Maluku Utara.
“Jadi kedepan di tahun 2018 ketersediaan stok sayuran sudah bisa dipenuhi maka kita sudah tidak mengambil lagi dari luar Maluku Utara,” pungkasnya. (HT)