SULA – Provinsi Maluku Utara (Malut) makin serius mengembangkan sektor pariwisatanya. Beragam atraksi pariwisata semakin sering ditampilkan di berbagai Kabupaten Kota di Provinsi Malut.
Kali ini Provinsi Malut kembali bersiap menggelar Festival Tanjung Waka. Festival ini akan digelar di Tanjung Waka, Kabupaten Kepulauan Sula pada tanggal (27-30) Desember mendatang.
Acaranya sudah pasti paten. Sederet sajian budaya yang padat akan dipersembahkan. Dari mulai Tarian Bela Yai, Tarian Denge, Tarian Laka Baka, hingga Pencak Silat. Selain itu festival ini menjadi momentum lahirnya Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Kepulauan Sula.
“Festival Tanjung Waka menjadi sebuah atraksi pariwisata yang semakin berkembang. Festival ini menjadi etalase seni budaya kebesaran Kepulauan Sula. Momentum ini sekaligus kita maksimalkan dengan mengukuhkan GenPI Kepulauan Sula sebagai motor promosi pariwisata kabupaten ini,” ujar Syarifudin Koroy penggagas sekaligus ketua panitia Festival Tanjung Waka.
Menurut Syarifudin, festival ini dimaksudkan untuk semakin mengangkat sektor pariwisata Kepulauan Sula. Pasalnya Kepulauan Sula memiliki potensi yang menakjubkan. Bukan hanya budaya, alamnya pun luar biasa. Terlebih lagi potensi Baharinya.
“Kepualauan Sula adalah surga tersembunyi. Potensi besar Alam dan budaya yang dimilikinya menjadi sebuah modal yang patut diperhitungkan. Ini yang akan kita angkat dalam festival ini,” jelasnya.
Ucapan Syarifudin memang tak terbantahkan. Keindahan alam kepulauan Sula tak di ragukan lagi. Tanjung Waka berada pada titik paling selatan pulau Sanana. Dari spot ini wisatawan akan disajikan fenomena alam yang liar biasa ketika bulan purnama. Dimana wisatawan dapat menyaksikan bulan purnama terbit dan matahari terbenam sekaligus.
Tanjung Waka juga memiliki pantai pasir putih yang sangat memikat. Panjangnya sekitar 7 Km. Belum lagi alam bawah lautnya yang kaya. Dive sitenya banyak. Berada di wilayah segitiga karang dunia (coral triangle) membuat, Kepulauan Sula menjadi spot incaran diver dunia. Keanekaragaman hayatinya tinggi dan sangat terjaga.
“Visibilitynya tinggi, sekitar 20 meter, dengan temperatur air yang hangat, yaitu sekitar 26 hingga 29 derajat celcius. Pokoknya bakal ketagihan menyelam di Kepulauan Sula,” promosinya.
Lantas bagai mana aksebiltasnya? Tidak perlu khawatir, akses menuju Kepulauan Sula cukup mudah. Ada dua moda transportasi yaitu dengan menggunakan pesawat terbang yang menuju Bandara Sultan Baabulah, Ternate dan menggunakan kapal laut yang menuju Ternate. Dari Ternate menuju Kepualauan Sula, dapat menggunakan kapal laut ataupun pesawat terbang.
“Perjalanannya cukup singkat, sekitar 1,5 jam dengan pesawat terbang,” paparnya.
Soal penginapan juga tak perlu khawatir. Terdapat sejumlah penginapan seperti hotel bintang satu dan homestay. Tarifnya cukup murah, hanya sekitar Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu sudah dapat beristirahat dengan nyaman.
Hal ini membuat Menteri Pariwisata Arief Yahya langsung angkat jempol. Menteri yang baru saja terpilih sebagai The Best Marketing Minister of Tourism Of ASEAN dari Philip Kotler itu memuji keseriusan Malut untuk mengangkat pariwisatanya.
“Atraksi-atraksi seperti ini harus terus dikembangkan, tetapi ingat ini juga harus didukung promosi yang gencar. Ini bisa dikolaborasikan dengan GenPI. Kalau soal potensi saya sudah tidak ragu lagi. Malut itu gerbang bahari Indonesia Timur. Surga bahari Indonesia,” ujar Menpar Arief. (HI)