MOROTAI – Solidaritas Aksi Mahasiswa Indonesia (Samurai) Distrik Universitas Pasifik (Unipas) Morotai, Sabtu (27/10) malam, kembali mengkritik Pemerintah Daerah (Pemda) Morotai dengan cara aksi melakukan refleksi.
Aksi refleksi itu dilakukan oleh organisasi tersebut bertepatan dengan salah satu momentum yang paling bersejarah bagi bangsa Indonesia, yakni, peringatan hari Sumpah Pemuda bertempat didepan taman kota Daruba.
Amatan media ini, Sebelum dilakukan aksi refleksk tersebut, puluhan mahasiswa itu melakukan penyampaian sejumlah permasalahan yang terjadi di Morotai, mulai dari masalah kebijakan Bupati terkait APBD, terkait kebijakan yang dianggap mereka tidak pro rakyat dan berpengaruh langsung terhadap kehidupan masyarakat misalnya lemahnya perputaran ekonomi, penguasaan dan eksploitasi sumber daya alam baik disektor perikanan, pertanian, kehutanan, pertanahan, sosial budaya, sampai pada dampak dari kebijakan yang berpengaruh pada naiknya tingkat kriminalitas di Morotai.
Usai berorasi, para mahasiswa itu langsung melakukan aksi refleksi dan dikawal langsung oleh puluhan aparat kepolisian. Saat teatrikal badan jalan hanya ditutup sebelah. Namun, pada saat pembacaan sumpah pemuda, akses jalan utama langsung ditutup dan dialihkan ke jalan lain.
Dalam refleksi itu, para mahasiswa memerankan sejumlah tokoh misalnya Bupati Benny Laos, Anggota DPRD, pengusaha, investor asing, buruh, petani, nelayan, PKL, mahasiswa dan masyarakat lainnya.
Dalam deskripsi maupun alur ceritanya, Bupati menjadi otak semua skenario untuk menguasai Morotai, bupati bergandeng tangan dengan sejumlah investor dibidang perikanan maupun pertambangan.
Selain refleksi, para mahasiswa itu juga menuliskan 8 pernyataan sikap yang dituliskan dalam spanduk berukuran 3×3 meter. Diantaranya, naikkan harga Pala, Cengkeh dan Kopra, stop pembebasan lahan, tolak eksploitasi tambang pasir besi, stop reklamasi pantai, tolak investor asing, tolak perampingan sekolah unggulan serta PDAM Tolong perhatingan air bersih di Juanga-Pandanga.
“Sebagai bentuk refleksi sumpah pemuda, kami sebagai pemuda wajib hukumnya melihat sejumlah persoalan rakyat di Morotai, termasuk aksi refleksi itu bagian dari kritik terhadap pemerintah yang dianggap tidak pro terhadap rakyatnya,”tegas Sekdis Samurai Distrik Unipas, Haekal Samlan dalam orasinya
Ia juga menegaskan bahwa, terdapat sejumlah pernyataan sikap yang menjadi catatan bagi lembaga tersebut untuk terus melakukan perlawanan terhadap penguasa yang dianggap tidak pro terhadap rakyat.
”Pala, Cengkeh Kopra adalah komoditi masyarakat yang harus diseriusi, pertambangan pasir besi juga harus ditolak karena akan membawa bencana bagi rakyat, penolakan reklamasi pantai karena akan mengorbankan kehidupan masyarakat di laut, penolakan investor asing yang hanya merampok harta benda masyarakat Morotai dan sebagainya,” tegasnya.(Ical)