TIDORE – Pelayanan dasar Pemerintah Kota Tidore Kepulauan di bidang kesehatan perlu dipertanyakan. Betapa tidak, Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) di Kelurahan Payahe, Kecamatan Oba sangat memperihatinkan, karena minimnya tenaga dokter di puskesmas tersebut.
Salah satu warga Payahe yang enggan namanya dipublis, mengisahkan, sepanjang tahun 2017 ini, dokter di Puskesmas Kelurahan Payahe, Kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan, jarang berkantor.
“Pelayanan kesehatan di Puskesmas Payahe jarang ada dokter yang berkantor. Sehingga setiap pasien yang datang melakukan ceckup kesehatan bahkan menjalani rawat inap hanya dikonsultasikan oleh petugas perawat kepada dokter via telepon seluler bahkan chat whatsapp maupun sort massage service (sms)”, ungkap warga.
Akibat tidak adanya dokter di tempat, Sabtu kemarin 30/09/17, Kejadian mengerikan terjadi akibat tidak ada dokter di Puskesmas Payahe, dimana ada korban sengatan listrik (kesetrum) Ari Fauji yang dilarikan ke UGD (Unit Gawat Darurat) Puskesmas Rawat Inap Payahe itu hanya mendapat penanganan medis seadanya dari perawat yang bertugas sebab disaat kejadian, satu-satunya dokter yang bertugas di Puskesmas Payahe tengah berada di Tidore alias tidak berada di tempat tugas.
Pasien yang tak mendapat pelayanan medis dari dokter membuat keluarga naik pitam dan memilih melarikan korban ke RSUD Weda, namun nyawa pasien tak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia saat tiba di RSUD Weda, Sabtu (30/9) malam sekitar pukul 22.00 Wit.
Terkait hal itu warga masyarakat Oba, meminta keseriusan Pemkot Tikep di bawah komando Ali Ibrahim dan Muhammad Sinen agar meningkatkan pelayanan dasar di bidang kesehatan. Terutama ketersediaan dokter di Puskesmas Payahe. “Kami meminta agar pelayanan dasar di bidang kesehatan ditingkatkan, utamanya keberadaan dokter di Puskesmas Payahe,” ucap, salah satu warga kelurahan Payahe yang enggan namanya disebutkan.
Dia mengaku Pemkot Tikep dalam hal ini Dinas Kesehatan, tidak bekerja serius sebagaimana visi, misi serta program kerja AMAN (Ali Ibrahim-Muhammad Sinen). “Pemkot jangan terlalu fokus mengurus politik, tapi sesekali fokus program kerja apalagi pelayanan dasar dibidang kesehatan,” ucapnya sembari mengaku prihatin nasib masyarakat yang selalu menjadi korban.
Sangat disayangkan Puskesmas Payahe yang nota bene dua orang, sejauh ini diketahui hanya satu orang saja yang sesekali kelihatan di puskesmas. “Kasihan pasien apabila dokter meninggalkan puskesmas berlama-lama, bahkan berminggu-minggu maka nasib pasien sangat terancam keselamatannya,” keluhnya.
“Semoga Pemkot Tikep terlebih Kadis Kesehatan terketuk nuraninya agar menempatkan dokter di Puskesmas dan sesekali melakukan pengecekan di lapangan. “Jangan bicara soal kesuksesan visi, misi dan program kerja apabila pelayanan kesehatan di tingkat bawah terabaikan,” ketusnya.
Terpisah, Kepala dinas Kesehatan, Kota Tidore Kepulauan, dr Abdullah Maradjabessy , ketika di wawancarai wartawan media ini via handpone mengatakan, ketika peristiwa tersebut Dokter yang bertugas di Puskesmas lagi meminta ijin ke Tidore.
“Hari Sabtu kemarin itu dokter minta ijin ke Tidore, jadi dokter lebih tau persis itu Kepala Puskesmas Payahe, jadi saya belum dapat informasi soal peristiwa itu” ungkap Kadis Kesehatan.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Payahe Abdurahman Sangaji ketika dimintai keterangan via telepon mengatakan, Korban sebenarnya sudah meninggal dari rumah menuju ke Puskesmas, namun keluarga korban tidak terima bahwa korban sudah meninggal, korban kemudian dilarikan ke kerumah Sakit Umum Halmahera Tengah (Halteng).
Lanjutnya, “Dokter yang bertugas di Puskesmas Payahe tersebut, pada hari Kamis sore kemarin minta ijin ke Tidore, karena ada urusan, dan dokter tersebut rajin bertugas”, tutup Abdurahman. (HI)