JAKARTA – Ketua Pandu Indonesia M Rodli Kaelani, mengatakan meski masih ramai kontestasi pada konfigurasi untuk posisi bakal calon wakil presiden, namun nama Cak Imin termasuk sangat layak diendorsement sebagai Cawapres pada Pilpres 2019. Hal tersebut mengemuka saat diskusi Poros Pemuda Indonesia (PPI) dengan tema “Matematika Pilpres 2019 di Mata Pemuda” di Cikini, Jumat (20/10/2017).
Rodli mengungkapkan, Cak Imin memiliki modal awal untuk bertarung di Pilpres 2019 yakni sebagai Ketua Umum Partai yang memiliki modal 11 juta suara PKB pada Pemilu Legislatif 2014 lalu. Suara itu bisa menjadi kontribusi untuk memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold sebesar 25 persen. Cak Imin sudah memiliki syarat kuat di basis massa seluruh elemen masyarakat Indonesia.
Sebagai seorang politisi yang berlatar belakang aktifis dan sebagai pemimpin organisasi umat Nahdliyin, menjadikan Cak Imin telah memiliki basis massa yang kuat diberbagai kalangan masyarakat Indonesia, dari kalangan pemuda/pemudi, pemerintah, pengusaha, politisi, akademisi dan petani, sehingga dapat diprediksi bahwa Cak Imin memiliki “nilai jual” dibandingkan bakal cawapres lainnya yang akan muncul di Pilpres 2019 nantinya.
Ia menambahkan, Cak Imin merupakan pemimpin yang berjiwa Nasionalis Religius terbukti dengan latar belakang beliau sebagai santri, mantan ketua umum OKP Idiologis, juga memiliki kepedulian terhadap isu kebangsaan yang selalu diaktualisasikan, memiliki basis massa yang kuat dimayoritas elemen masyarakat Indonesia, bervisi Indonesia masa depan mewakili generasi pasca reformasi.
Sehingga siapapun yang menggandeng Muhaimin Iskandar sebagai representase pemimpin nasional yang muda dan visioner, “merupakan keputusan yang representatif dan tepat untuk memikat suara masyarakat Indonesia pada Pilpres 2019”, kunci Rodli yang juga mantan Ketua Umum PB PMII tahun 2008-2010.
Sementara itu, Komisioner Ombudsman Republik Indonesia La Ode Ida mengatakan, bahwa kepemimpinan 2019 akan sangat ditentukan setidaknya oleh empat faktor. Pertama, menurut dia komposisi nasionalis religius. Komposisi ini masih sangat relevan karena Muslim sangat mendominasi. Bahkan kalau umat Islam bersatu, siapapun calonnya akan menang.
Faktor kedua adalah mempunyai basis massa yang solid. Dalam hal ini pimpinan parpol sangat menentukan karena punya basis massa yg rill. Ormas besar seperti NU dan Muhammadiyah juga sangat menentukan. Faktor ketiga adalah momentum isu serta faktor yang keempat, adalah tidak punya masalah hukum. (red/rilis)