TERNATE – Meski di tengah kota, kesunyian kian terasa. Lampu di tiang listrik sesekali padam, tak sampai tiga menit menyala lagi. Satu persatu orang muda mulai berkumpul. Kali ini, ruang sunyi di Benteng Oranje itu mulai ramai dipadati orang muda dari berbagai komunitas.
Hampir 40 komunitas dari berbagai alur malam itu, Senin (14/10/2017) berkumpul dalam satu wadah Jaringan Komunitas Ternate (JARKOT). Mereka membahas kesiapan aksi kreatif berbagai komunitas dalam sebuah kegiatan besar bertajuk “Pesta Komunitas Ternate” yang berpusat di Benteng Oranje pada 18 November mendatang.
JARKOT sendiri lahir dari sebuah kegelisahan yang pernah dihadapi hampir semua komunitas, misalnya soal ketersediaan ruang publik untuk komunitas, bahkan soal ego sektoral. Meski begitu, lahirnya JARKOT bukan menjadi satu komunitas baru untuk membawahi komunitas yang lain.
Komunitas dari berbagai alur yang tergabung yakni, pendidikan literasi, seni, sosial, budaya, konservasi, industri kreatif, dan lainnya ini sebagain besar telah banyak berbuat, meluangkan waktu dan tenaga mereka untuk hal baik.
“JARKOT adalah alat kita bersama dan pesta komunitas bukan sekadar seremoni. Lebih dari itu, tujuan kita adalah untuk saling membantu sesama komunitas, berbuat sesuatu yang baik untuk banyak orang, untuk daerah ini,” ungkap Zandry Aldrin, selaku kordinator JARKOT, saat rapat bersama seluruh komunitas.
Zandry menambahkan, pada 18 November nanti, berbagai komunitas akan menampilkan kreatifitas mereka. Ada yang berbagai ilmu dengan siswa-siswa SMA, membuka lapak buku, pertunjukan musik tradisional, berbagi pemahaman konservasi, mengenal sejarah benteng Oranje, berbagi ilmu video dan photografi, bahkan ada industri kreatif.
Salah satu penggagas JARKOT Vennox mengatakan, kehadiran JARKOT merangkul komunitas-komunitas yang selama ini berjalan sendiri-sendiri. Selain itu, berbagai kegiatan komunitas justeru menghidupkan ruang-ruang publik yang ada di Kota Ternate yang selama ini terlihat sepi, contohnya lokasi Benteng Oranje ini.
“kita bisa melihat Kota Ambon, peran komunitas menjadikannya kota musik. Misinya adalah perdamaian dan mereka memanfaatkan ruang publik. Begitu juga Jogja, kotanya begitu hidup karena berbagai komunitas sangat aktif,” ungkap Vennox.
Ia menambahkan, bahwa target para komunitas, kegiatan ini tidak hanya dibuat setahun sekali, namun, kedepan, ada rangkain kegiatan dalam seminggu sekali dan Benteng Oranje menjadi sentral dari kegiatan-kegiatan komunitas yang bermanfat pada ruang publik.
Ia menjelaskan bahwa, kegiatan ini adalah miniatur untuk pesta komunitas yang sengaja dibuat, bebas untuk semua komunitas merencanakan kegiatan yang lebih besar di tahun 2018 nanti.
“Kurang lebih 52 Event yang akan diadakan di tahun 2018, yang diisi oleh semua komunitas kota Ternate,” tambahnya.
Komunitas yang akan ikut pada kegiatan akbar tahun ini, Lebih dari 30 Komunitas, tidak menutup kemungkinan, komunitas lain yang belum sempat bergabung akan turut berpartisipasi, sebab, setiap saat, panitia menerima email dari berbagai komunitas. Hanya saja, kendala saat ini adalah soal ketersedian tenda.
“Kami mendata komunitas itu dilihat dari tiga faktor, terutama soal fisik, artinya mereka benar-benar ada, kemudian secara sosial, yaitu aktivitas mereka yang berdampak di masyarakat, berikutnya soal ekonomi, maksudnya mereka mampu menghidupkan komunitas mereka atau tidak. Dan, komunitas yang mempunyai andil terhadap banyak orang perlu diberikan penghargaan. Ini agar menambah spirit teman-teman kita dari berbagai komunitas,” ujar Venox. (HT)