GN-Ternate, Aksi Vandalisme dan pengrusakan di situs sejarah, Benteng Oranje Ternate, makin hari makin memprihatinkan. Dari gerbang masuk, kita sudah disuguhkan pemandangan yang menganggu mata.
Keadaan yang sama juga dapat kita lihat di sudut kiri dan kanan Benteng peninggalan bangsa Belanda itu. Belum lagi situasi kotor dan tak terawat langsung bisa kita nikmati, plus tak ada petugas kebersihan yang peduli akan situasi benteng yang menjadi situs sejarah tersebut.
Di beberapa sudut benteng orange, terlihat kamera kecil berwarna putih mulai terpasang. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ternate rupanya mengambil langkah taktis itu, untuk memantau keadaan benteng 1×24 jam.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ternate Anas Conoras, mengatakan “kita sudah pasang cctv untuk meminimalisir aksi vandalisme, ada cctv di beberapa sudut benteng untuk memantau aktifitas pengunjung”.
Namun saat di tanya apakah selama cctv itu terpasang, apakah sudah ada pelaku vandalisme danpengrusakan yang diamankan, namun Anas menjawab belum.
“Belum ada pelaku yang kita amankan terkait sejumlah pengrusakan dan aksi vandalism di benteng ini, jika ada, pelaku akan kita proses sesuai hukum yang berlaku” tuturnya.
Sejumlah aksi vandalisme memang terekam sangat jelas di sebagian besar tembok benteng peninggalan Belanda itu, mulai dari pintu masuk hingga sisi kanan dan kiri benteng, banyak terdapat coretan baik itu dengan cat, piloks, bahkan lampu taman dan tiang penyangga lampu banyak yang rusak.
“Kita memang kesulitan memantau benteng ini karena kita kekurangan personil, itulah kenapa kita pasang cctv, saya berharap dengan adanya cctv, kita bisa memantau keadaan benteng 1×24 jam”, tegas Anas.
Anas juga menambahkankan , “jam kerja pegawai negeri sipil tidak sampai malam, ini juga kesulitan buat kita untuk memantau Benteng Oranje” kilah Anas.
Sekedar menolak lupa, pada tahun 1607 VOC (Vereenugde Oost Indische) membangun sebuah benteng. Kedatangan VOC (Belanda) ke Ternate sebetulnya bukan karena inisiatif bangsa Belanda sendiri yang sudah berada di Indonesia (Banten, Pulau Jawa) sejak tahun 1596. Tetapi karena ‘undangan’ Sultan Ternate karena merasa kewalahan menghadapi bangsa Spanyol, setelah salah satu kerabatanya ditangkap dan diasingkan ke Manila. Sebagai hadiah kepada Belanda atas bantuannya mengusir Spanyol dari bumi Ternate, Sultan Ternate membolehkan Belanda untuk membangun sebuah benteng yang pembangunannya dipimpin oleh Cornelis Matelieff de Jonge, benteng tersebut bernama Benteng Oranje (di kutip dari Visit Ternate). (Chand)