Iswan: Jika melanggar saya akan pidanakan
LABUHA – Konflik pemilihan kepala desa nampaknya masih menyisakan cerita. bagaimana tidak, dengan adanya perbedaan pendapat pada pemilihan kepala desa 2016 lalu, sejumlah siswa harus bersekolah di sekolah baru yang belum terakreditasi (Ilegal).
Menguaknya sekolah ilegal tersebut ketika Wakil Bupati Halsel Iswan Hasjim, melalukan inspeksi mendadak (sidak) di wilayah Gane Luar dan sekitarnya. Dimana Desa Kuwo Kecamatan Gane Timur Selatan terdapat sekolah ilegal yang dibangun oleh salah satu calon kepala desa yang kalah saat bertarung di pilkades.
Pasalnya, setelah tiba di Desa Kuwo, Wabup langsung menuju Sekolah Dasar Inpres Kuwo, guna melihat infrastruktur dan keberadaan jumlah guru serta siswa. Sesampai di sekolah tersebut Iswan menanyakan segala sesuatu terkait dengan kesediaan guru dan siswa kepada salah satu guru di sekolah tersebut. Betapa herannya ketika ditanya jumlah siswa yang ada disekolah tersebut. Jumlah siswanya hanya 30 orang dari 6 kelas.
Dari hasil penjelasan salah satu guru, bahwa sebanyak 90 siswa telah dipindahkan ke sekolah yang baru dibangun sementara oleh seorang tokoh desa yang bernama, Eliyesir Tahobi. Dia diduga telah memisahkan diri dari Kuwo dan membuat desa baru serta mendirikan sekolah darurat tersebut.
“Saat saya selidiki ternyata Eliyesir masih sakit hati dengan kekalahan pemilihan Kepala Desa kemarin, sehingga Ia memerintahkan pengikutnya untuk membuat sebuah desa baru terpisah dari Desa Kuwo yang hanya berjarak 150 meter dari Desa Suwo,” jelas Iswan saat dikonfirmasi Gamalamanews.com, Minggu, (1/10).
Lanjut Iswan, mendengar cerita tersebut, Iswan sangat geram dengan kelakuan Eliyasir.
“Apapun masalahnya anak-anak harus tetap bersekolah, apa lagi siswa kelas 6, beberapa bulan lagi sudah ujian agar mendapatkan ijazah yang legal,” tegasnya.
Saat itu juga Iswan bersama Kepala Desa Kuwo Definitif Yustianus Tawale, dan Kepala Sekolah Inpres Kuwo Antonius Manyo, menuju Desa Kuwo Baru, untuk menemui Eliyasir di desa yang baru dibangunnya tersebut.
Sesampai di desa yang belum dinamai itu, Iswan langsung menemui Eliyesir. Setelah bertatap muka dengan pendeta, Iswan langsung menegaskan kepadanya agar anak-anak jangan dikorban sekolahnya gara-gara masalah politik pilkades.
“Jika anda membangun sekolah baru dan tidak punya izin, itu namanya ilegal dan anda akan dipidanakan,” tegas Iswan kepada Eliyasir.
Sementara itu, didepan Wakil Bupati, Eliyesir menjelaskan bahwa masyarakat setempat sudah tidak mampu lagi dengan kelakuan kepala desa yang menginterfensi tentang pengelolaan sekolah.
Kata Eliyesir, kepala desa dan kepala sekolah sudah bekerjasama untuk mengusir dirinya dan rekan-rekannya dari sekolah dan desa sehingga dirinya keluar dari desa tersebut.
Hampir 1 jam mediasi dengan Eliyasir akhirnya Eliyasir mau menyekolahkan anak-anak dengan mengajukan beberapa syarat. Diantaranya memohon kepada Wakil Bupati agar dapat memisahkan Desa Kuwo dengan desa mereka, dan membuat desa otonom baru. Kemudian memohon kepada Wabup untuk membantu proses izin mendirikan sekolah/yayasan baru.
Menurutnya, warga sampai kapanpun mereka tidak akan kembali lagi ke Desa Kuwo, sehingga dia memohon untuk membuat desa otonom baru, agar masyarakatnya bisa hidup damai dan aman.
Dari ajuan syaratnya, Wabup mengatakan “Untuk masalah izin sekolah, saya akan bantu untuk proses pembuatan izin yayasannya, akan tetapi sambil menunggu izinnya anak-anak harus bersekolah dulu. Kemudian untuk otonom desa baru, prosesnya cukup panjang dan harus memenuhi syarat,” jelas Iswan.
Iswan berjanji akan memenuhi syarat yang diajukan, tetapi Iswan juga mengancam akan mempidanakan Eliyasir jika melarang anak-anak bersekolah.(Raja)