Beranda Maluku Utara BI buat Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik kepada Petani di Malut

BI buat Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik kepada Petani di Malut

1111
0

TERNATE – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Maluku Utara (Malut) terus melakukan upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat perdesaan. BI melakukan pelatihan kepada kelompok tani yang tersebar di Malut.

Kegiatan pelatihan dengan tema, “Latihan Pertanian Terintegrasi Berwawasan Lingkungan,” yang dipusatkan di Lahan Pertanian milik Yayasan Hidayatullah, Kelurahan Gambesi,  diikuti oleh 60 orang kelompok tani yang tersebar di Malut yakni Kota Ternate, Tidore, Kabupaten Halmahera Barat (Halbar), Halmahera Timur (Haltim), Halmahera Utara (Halut) dan Halmahera Tengah (Halteng).

Kegiatan yang dilakukan selama 4 hari itu dihadirkan pembicara yang juga penemu mikroba Alfaafa, Dr. Ir. H. Nugroho Widiasmadi dari Semarang.
Kepala BI, Dwi Tugas Waluyanto ketika dikonfirmasi sejumlah wartawan disela-sela kegiatan mengatakan, “Kegiatan yang dilakukan ini selama 4 hari yang dimulai, Selasa (24/10/2017) itu sudah dilakukan teorinya selama 1 hari di kantor dan selama 3 hari di lakukan dilapangan. Sehingga para petani langsung dapat mempraktekkan teori-teori yang sudah disampaikan pada hari pertama itu. Pelatihan yang dilakukan sekarang ini juga lebih ke pertanian-pertanian terintegrasi. Mereka diajarkan bagaimana mengetahui kondisi tanah, kesuburan tanah, dan kondisi-kondisi tanah yang seperti itu apa yang harus dilakukan, petani juga akan diajarkan bagaimana menggunakan bahan yang ada di sekitar untuk membuat pupuk,” jelasnya

Selain itu juga petani diajarkan untuk membuat pupuk, karena pupuk juga menjadi masalah utama petani apalagi di daerah kepulauan seperti ini karena tingginya biaya transportasi, sehingga dengan menggunakan atau membuat pupuk organik sendiri itu bagi petani sangat menguntungkan dan juga tingkat kesuburan tanah akan selalu meningkat.

Lanjutnya dia, Pihaknya nanti juga ajarkan bagaimana petani untuk manfaatkan pertanian hidroponik. Karena bagaimana orang-orang yang mempunyai lahan yang sangat terbatas bisa bertani paling tidak untuk kebutuhan sendiri.

“Orang-orang yang tidak punya lahan luas bisa dapat manfaatkan cara pertanian hidroponik, nanti akan dicoba dengan menanam kangkung, sawi, tomat,  setidaknya untuk kebutuhan sendiri,” cetusnya.

Penemu Mikroba Alfaafa yang juga pemateri, Dr. Ir. H Nugroho widiasmadi kepada wartawan menjelaskan, “Di sini mikrobanya sudah kita bawa dalam bentuk cairan dan mikroba tadi berfungsi untuk memotong rantai-ranti molekul yang ada di magral tadi. Contohnya kalau pupuk mentah dari kandang itu kita berikan ke tanaman itu yang diserap hanya 10 % karena rantainya panjang”, jelasnya.

Lanjutnya, “Nah setelah kita fregmentasi cepat dengan satu malam maka nanti yang di serap oleh tanaman bisa sampai dengan 90 %. Jadi inovasi yang kita lakukan petani-petani kita bisa memanfaatkan biomassa yang ada di Malut ini khususnya di Ternate dan sekitarnya. Jadi biomasa itu mulai dari limbah peternakan, limbah pertanian, limbah perikanan, kita rombak dengan mikropafafa dan kita jadikan sumber pakan, sumber pupuk, bahkan nantinya sumber energi dengan cepat”, terangnya.

Jadi nanti pupuk kita proseskan satu malam, kalu pakan kita proseskan dalam jangka waktu tiga hari sehingga semuanya suda bisa langaung diserap. Kalau pupuk diserap oleh akar dengan maksimal 80 %, kalau pakan di serap oleh usus dalam waktu tiga hari, kedua pupuk ini akan menjadi pupuk dan pakan yang optimal. (HT)