TERNATE – Dalam rangka pertemuan tahunan Bank Indonesia (BI) 2017, hal mengejutkan terjadi saat, disela-sela acara diselipkan dengan Launching Produk Lokal Bichan dan pengenalan Produk Asli Tidore, Maluku Utara (Malut) yang memiliki nilai historis sangat tinggi, kemudian baru diketahui setelah ratusan tahun tersimpan di Kantor Arsip Nasional, yakni Tenun Tidore.
Kepala BI perwakilan Malut Dwi Tugas Waluyanto kepada wartawan Rabu (20/12/2017) menyatakan, kegiatan ini adalah acara rutin setiap tahun, jadi setiap tahun itu Bank Indonesia mengadakan pertemuan tahunan. Sebenarnya program-program kerja yang sudah dilakukan selama setahun, termaksut juga pencapaian pertumbuhan ekonomi, mengenai Inflasi kemudian juga proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2018.
Lanjutnya, jadi pada kesempatan pertemuan tahunan BI kali ini, ada yang istimewa karena kita melakukan Launching produk oleh-oleh Bichan kemudian pengenalan terhadap kain Tenun Tidore.
“Ini baru pengenalan Kain Tenun Tidore ya bukan Launcing karena saya ingin Launchingnya lebih besar lagi, mungkin di awal tahun atau akhir tahun ini, kita akan kembangkan tenun ini menjadi lebih besar lagi”.
“Saya sudah Bicara banyak dengan Sultan Tidore Husain Syah dan sultan sangat mendukung, kemudian dari Pemda Tidore Kepulauan juga sangat mendukung jadi kita akan dorong terus. Apalagi motif yang saat ini adalah motif asli belum ada perubahan apapun, kalau dilihat dari presentasi tadi ada empat motif yang ditemukan di Arsip Nasional Republik Indonesia yang ditemukan di Belanda.
Jadi nanti pusat tenun itu berasal dari tidore maka akan dipusatkan di Tidore juga, tetapi tidak menutup kemungkinan akan dikembangkan di daerah lain, dalam waktu dekat kita akan diskusi dengan berbagai pihak setelah pengenalan ini tindak lanjutnya apa saya berharap, agar binaan BI ini selama 3 kedepan.
“Selama 3 Tahun kita akan berfikir bagaimana caranya agar tenun ini bisa terus berkembang, ketika nanti setelah 3 tahun ketika BI melakukan basic out atau keluar berlahan dari mereka (penenun red) kita berharap ini sudah bisa jalan sendiri,” ungkap Dwi seusai acara.
Kata dia, sebenarnya hampir semua daerah itu ada produk kain dan kalau kita Lihat sekarang kemauan wisatawan atau arah pasar itu ke kain, siapapun kemanapun pasti mencari kain, kain itu bisa batik, atau tenun.
“Dan kita bersyukur ternyata kita punya prodak tenun yang usianya sudah ratusan tahun yang lalu, artinya motif dan desainnya sudah berusia ratusan tahun dan itu menurut saya menjadi keunggulan tersendiri dari Tenun Tidore karena ada nilai jistorisnya kalau dari sisi pemasaran pasti sangat mendukung,” ujar Dwi.
Lanjut dia, rupanya kita mengejar ketertinggalan bukan berarti kita mengabaikan Batik, tidak. tetapi kondisi pasar saat ini memang sulit mengejar Batik seperti di Daerah Cirebon, Pekalongan, tetapi kalau tenun lain lagi, kita bisa kembangkan dan sangat mudah mengejar ketertinggalan itu.
Makanya kita sangat membutuhkan inovasi dan di Tidore Malut, kita tidak kesulitan mencari orang-orang seperti itu jadi kita kaya akan kemampuan Inovasi di Daerah ini. Kita lihat saja tadi ada penampilan dibidang musik, maupun monolog dan tarian maupun bidang lainnya.
“Salah satu penenun itu adalah Bams Conoras jadi saya sangat optimis tenun ini bisa berkembang,” pungkas Dwi. (HT)