Beranda Maluku Utara Terkait Pementasan Tarian Soya-Soya di LIDA, Budayawan Malut Minta Penyelenggara Segera Minta...

Terkait Pementasan Tarian Soya-Soya di LIDA, Budayawan Malut Minta Penyelenggara Segera Minta Maaf

5869
0
Beberapa penari Soya-Soya yang di tarikan oleh Perempuan di LIDA

TERNATE – Setelah hampir seminggu menjadi perbincangan hangat di masyarakat Maluku Utara, sampai di Media Sosial (Medsos) seperti Facebook, Instagram dan juga twitter juga ikut dibahas, ketika tarian Soya-Soya  warisan kebudayaan Maluku Utara (Malut) yang berasal dari Pulau Kayoa, itu dipentaskan di ajang Liga Dangdut Indosiar (LIDA) yang disiarkan langsung oleh salah satu stasiun Televisi (Tv) swasta itu membuat masyarakat dan khususnya budayawan Maluku Utara geram.

Budayawan Malut Ridwan Dero kepada media ini mengatakan bahwa hal yang dilakukan itu sudah menyalahi nilai budaya yang dianut oleh masyarakat Malut, Ridwan juga meminta agar pihak penyelenggara secepatnya meminta maaf kepada masyarakat Malut khususnya empat kesultanan.

“Saya tersinggung berat dan itu tidak boleh terulang lagi, seharusnya penyelenggara meminta maaf kepada empat kesultanan, yakni Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo karena budaya ini adalah milik empat kesultanan itu,” ujarnya saat ditemui di Hotel Boulevard Ternate, Selasa (6/3/2018).

Menurutnya, dalam sejarah tarian Soya-Soya itu, penarinya adalah laki-laki dan bukan perempuan. Karena Soya-Soya itu berasal dari Kayoa yang  digunakan oleh Sultan Babullah sebagai tarian perang untuk merebut jenazah Sultan Khairun yang di tawan Portugis di Benteng Kastela.

“Jadi yang merebut itu laki-laki dan juga dalam sejarah tidak dilakukan oleh perempuan, tapi kemarin yang saya lihat di LIDA yang diselenggarakan oleh siaran TV swasta itu mereka mementaskan tarian Soya-Saya yang penarinya justru bukan pria tetapi wanita,” sesalnya.

Lanjutnya, hal ini sudah terjadi pergeseran nilai dan ini penyalahgunaan budaya, saya tegaskan budaya itu tidak boleh kita salah gunakan, kalau Soya-Soya ya  laki-laki, kalau perempuan ya, Salai Jin.

“Tapi kalau Soya-Soya harus laki-laki, itu mesti diluruskan, saya sebagai orang budaya saya sangat tersinggung, apalagi yang punya tarian itu seperti orang Kayoa, mereka juga tersinggung itu tidak boleh dilakukan oleh perempuan, itu tarian laki-laki,” pungkasnya. (HT)