MOROTAI – Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Pulau Morotai, sepanjang tahun 2018 mereka berhasil mencatat jumlah aduan kasus anak sebanyak 9 kasus, dan di dominasi kasus kekerasan seksual.
“Dari 9 kasus itu, yang paling banyak kasus pelecehan seksual terhadap anak sebanyak 8 kasus. Sedangkan yang satunya itu kasus kekerasan fisik. Korbannya semua anak dibawah umur dan bahkan ada yang masih berusia 14 tahun,” ungkap Kepala Bidang Perlindungan Anak dan Perempuan Dinsos Pulau Morotai, Hj Farida Umar, saat dikonfirmasi, Selasa (19/2).
Lanjut dia, ”Semua kasus ini sudah ditindaklanjuti ke ranah hukum, bahkan ada pelaku yang sudah dijebloskan ke penjara.
”Tindak lanjutnya sudah, ada beberapa kasus yang sudah ada putusan pengadilan, dan ada juga yang sementara masih dalam proses di Kejaksaan, dan ada yang masih dalam penangguhan,” katanya.
Sementara, untuk tahun 2019, sejauh ini baru satu kasus yang diterima, yang sementara masih diproses. Yaitu kasus kekerasan fisik terhadap di bawah umur di desa Libano Kecamatan Morotai Jaya.
”Kalau kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tidak banyak aduan yang kami terima, karena di tahun 2017 hanya satu kasus, dan 2018 juga hanya satu kasus,” ucapnya.
Dalam upaya menekan angka kekerasan terhadap anak baik seksual maupun fisik, Dinsos merencanakan akan menggelar kegiatan sosialisasi perlindungan anak di lima kecamatan.
”Kasus anak ini memang perlu menjadi perhatian pemerintah. Jadi nanti kita juga akan kerja sama dengan pihak Polres Morotai dan Kejaksaan. Selain itu, kami juga sudah membentuk pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak (P2TP2A), dan saat ini kami tinggal menunggu SK Bupati untuk dikukuhkan. Jadi P2TP2A ini didalamnya gabungan dari Jaksa, Polisi, Medis, Psikolog, organisasi wanita dan juga wartawan,” tandasnya. (Ical)
