TIDORE KEPULAUAN – Adanya beban pembelian buku kepada para siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tidore Kepulauan yang dilakukan oleh pihak sekolah, dikeluhkan oleh salah satu orang tua murid.
Sebab, menurut orang tua murid yang namanya tidak mau dipublikasikan itu, mengatakan bahwa, harusnya pihak sekolah tidak lagi membebani siswa dengan membeli buku karena sudah dianggarkan lewat dana BOS sebesar 20 persen.
“Itu kan ada dana BOS yang 20 persen untuk buku, jadi harusnya tidak lagi dibebani kepada siswa,” katanya mempertanyakan kebijakan sekolah tersebut.
Dikatakannya, biar pun harga buku yang di patok berkisar Rp 20.000 atau pun 25.000, pihak sekolah harus memberikan penjelasan yang jelas sebab untuk buku pembelajaran di sekolah telah dibebani ke negara lewat dana BOS sebesar 20 persen tersebut.
“Kalau untuk buku pegangan siswa kan sudah dibebani 20 persen dari dana BOS. Kalau toh ada buku lain di luar dari buku pegangan siswa, ini kan bisa di beli sendiri oleh orang tua,” tandasnya.
Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Tidore Kepulauan, Muhammad Khairun saat dikonfirmasi media ini di ruang kerjanya, Selasa (20/08/2019). Menjelaskan bahwa, pembelian buku sesuai dengan anggaran yang digunakan dari dana BOS untuk SMA Negeri 1 itu sesuai petunjuk sebesar 20 persen atau sekitar Rp 60 juta. Namun itu untuk pembelian buku paket dan buku refrensi di perpustakaan.
Sementara untuk buku Pekerjaan Rumah (PR) Siswa itu rata-rata di semua sekolah pengadaannya masing-masing namun dengan catatan tidak memaksa siswa.
“Jadi kalau siswa yang mau ambil itu silakan sesuai dengan kesepakatan bersama orang tua kalau dorang (mereka) mau ambil. Dan Kalau siwa yang tidak berkeinginan ambil juga tidak dipaksa,” jelas Kepsek.
Buku PR tersebut, kata Kepsek, ditangani langsung oleh guru mata pelajaran masing-masing. Buku PR itu di pesan langsung ke penerbit Intan dan untuk banyak buku dirinya belum cek secara pasti.
“Tapi hampir seluruh mata pelajaran itu ada karena disini setiap tahun itu ada,” akunya.
Dijelaskan juga, bahwa buku yang di bawa masuk oleh penerbit Intan ke SMA Negeri 1 Tidore, misalnya jumlah siswa kelas X itu sebanyak 200 namun yang ambil hanya 50 siswa, maka 150 buku dikembalikan ke penerbit.
“Karena sesuai dengan keinginan dari siswa, jadi tidak butuh buku maka tidak diambil juga tidak apa,” tandasnya.
Dirinya juga mengatakan, bagi siswa yang tidak ambil buku PR tidak terindikasi pada pengurangan nilai. “Namun yang ambil kalau dia belajar maka bisa jadi nilai tinggi. Intinya tidak dipaksa, bagi siswa yang ambil silakan dan tidak ambil juga tidak apa-apa,” jelasnya. (SS)