Beranda Maluku Utara GAMUTU gelar Pedang Tidore dan Prosesi Adat Tobo Safar ke-XI

GAMUTU gelar Pedang Tidore dan Prosesi Adat Tobo Safar ke-XI

2403
0
Ritual Tobo Safar. (Foto: Istimewa)

TIDORE KEPULAUAN – Generasi Muda Mafututu (GAMUTU) menggelar kegiatan Pelangi Budaya Negeri Tidore dan Prosesi Adat Tobo Safar Ke-XI Tahun 2019, Rabu (23/10) dipusatkan di Pelabuhan Gamgau, Kelurahan Mafututu.

Prosesi adat Tobo Safar diawali dengan kedatangan Jojau Kesultanan Tidore, H. Amin Faroek  dan sejumlah bobato adat menggunakan juanga tiba di Dermaga Gamgau dan mengambil tempat bersama Sekretaris Daerah Kota Tidore Kepulauan, H. Asrul Sani Soleiman dan Pimpinan OPD. Setelah Jojau Kesultanan Tidore mengambil tempat, acara dilanjutkan dengan penyambutan pasukan pembawa bambu peralatan Mandi Safar. Bambu ini berisikan air yang diambil dari Sumur Togubu di Teluk Gamgau. Kedatangan pasukan pembawa bambu ini disambut oleh kapita dengan tarian Maku Toti.

Setelah pasukan bambu mengambil tempat di tengah lokasi acara, diperdengarkan pesan leluhur yang disampaikan oleh Anak Cucu Tomayou Soa Romtoha dan setelah itu bambu dibawa ke dalam Masjid untuk dilanjutkan ritual oleh Imam dan didoakan serta dimintakan berkat.

Setelah didoakan di Masjid, bambu berisi air kembali dibawa kembali ke tengah-tengah acara oleh para pemuda bersama tujuh orang Yaya Goa. Masuknya bambu ke tengah lokasi acara ini diiringi dengan pembacaan dzikir.

Setelah bambu tiba di tempat acara, dilanjutkan dengan menuangkan air kedalam mangkok putih diatas meja di tengah-tengah tempat upacara dan Imam Masjid menaruh doa safar kedalam air di mangkuk oleh Imam Mohtar Mahmud, dan doa selamat dibacakan. Setelah pembacaan doa keselamatan, dilanjutkan dengan penaburan doa Safar di laut oleh Imam Mesjid, Imam Mohtar Mahmud,  Sekretaris Daerah, H. Asrul Sani Soleiman dan Jojau Kesultanan Tidore, H. Amin Faroek.

Setelah penaburan doa Safar, dilanjutkan dengan prosesi mandi Safar yang dilakukan oleh Yaya Goa dengan cara Jako Ruko dengan menggunakan Bunga Goliho bersama isi mayang pinang kepada Sekretaris Daerah, H. Asrul Sani Soleiman, Jojau Kesultanan Tidore, H. Amin Faroek dan Imam Masjid, Imam Mohtar Mahmud

Setelah semua prosesi Jako Ruko selesai dilanjutkan dengan jamuan makan adat. Seluruh makanan yang disajikan merupakan makanan adat yang telah menjadi makanan pokok masyarakat Tidore sejak dulu.

Sekretaris Daerah Kota Tidore Kepulauan, H. Asrul Sani Soleiman dalam sambutannya menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada masyarakat dan generasi muda Kelurahan Mafututu yang telah berupaya untuk menjaga dan melestarikan adat istiadat serta tradisi leluhur masyarakat Tidore.

Pada kesempatan ini Asrul Sani Soleiman mengatakan bahwa yang menjadi tugas bersama Pemerintah, pihak kesultanan dan masyarakat adalah terus melakukan upaya-upaya untuk mengembangkan nilai-nilai lokal ini agar tidak tergantikan oleh nilai-nilai baru yang tidak sesuai dengan karakter kehidupan masyarakat Tidore.

“Kami percaya masyarakat Tidore adalah masyarakat yang bijaksana dalam menyikapi perbedaan, menjunjung tinggi toleransi dan dapat membangun semangat persatuan dan melalui kegiatan ini mari kita perkokoh semangat Toma Loa Se Banari diantara seluruh komponen masyarakat Kota Tidore Kepulauan, Insya Allah, jika kita mau bersatu, bekerjasama dan bergotong-royong, semua permasalahan di kota ini akan dapat kita selesaikan bersama,” kata Asrul Sani.

Sementara Jojau Kesultanan Tidore, H. Amin Faroek dalam sambutannya mengatakan tradisi Tobo Safar bukan acara seremonial, melainkan acara religi yang merupakan peristiwa monumental dalam sejarah peradaban Islam dan bagian dari sunnah Rasullullah SAW.

“Semoga tradisi ini semakin sukses dalam membantu Pemerintah Daerah dan Kesultanan Tidore kearah yang lebih baik ke depannya. Marilah kita melestarikan kearifan lokal masyarakat tidore yang sudah ada dari zaman dahulu sehingga membawa berkah untuk Kota Tidore agar lebih maju dan berperadaban,” ucapnya.

Dikesempatan yang sama Ketua Panitia, Rustam Ade mengatakan prosesi adat Tobo Safar ini dilakukan sebagai simbol meminta pertolongan kepada Allah SWT agar seluruh masyarakat Kota Tidore Kepulauan terhindar dari segala macam bahaya dan fitnah. Selain itu juga untuk membersihkan badan, mensucikan batin, menyatu hati, bersatu dalam berbicara, bersatu dalam langkah demi kemajuan  Kota Tidore Kepulauan kedepan. Kegiatan ini bertujuan melestarikan kearifan lokal masyarakat Tidore yang berdasarkan agama Islam, sehingga kebiasaan ini tetap bertahan walaupun di era modernisasi sekarang. (Hms/SS)