TIDORE KEPULAUAN – Sejumlah desa di kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara, diperkirakan kehilangan uang senilai 1,3 miliar rupiah. Pasalnya, uang sebanyak itu diduga dibawa oleh Direktur Rumah Pemberdayaan Nusantara Muhammad Bayu.
Muhammad Bayu yang sebelumnya gencar membuat desa Tauno di kecamatan Oba Tengah sebagai Desa UKM dan Pariwisata Smart City itu, diduga melakukan penipuan terhadap sejumlah desa di kota Tidore Kepulauan melalui program pengadaan mesin pembuatan kopra kelapa yang di peruntukan kepada BUMNDes se-kota Tidore. Namun hingga kini, tidak teralisasi sepenuhnya.
Hal itu sebagaimana disampaikan oleh kepala Dinas Pengelolaan Masyarakat Desa (PMD) Kota Tidore Kepulauan Hamid Abdullah kepada sejumlah Wartawan, di ruang kerja Walikota Tidore, Selasa (04/09) sore.
Dikatakannya, Muhammd Bayu atau Bayu melakukan kerja sama dengan beberapa desa yang memiliki BUMNDes se-kota Tidore Kepulaua. Dan melakukan pengadaan mesin produksi untuk desa. Namun sebagian belum dilakukan pengadaan.
“Kurang lebih dua bulan lalu beliau itu kerjasama dengan beberapa BUMDes, kurang lebih 8. Untuk pengadaan mesin produksi. Sebagaian sudah pengadaan sebagian belum,” kata Hamid.
Sambungnya, karena sebagian belum pengadaan, namun uangnya sudah diberikan. Sementara yang bersangkutan sudah tidak ada lagi di Tidore. Sehingga pihaknya terus melakukan komunikasi dengan bersangkutan, tetapi terkendala karena nomor handphone yang bersangkutan tidak aktif lagi.
“Hanya terakhir ini ada komunikasi tapi ada kesulitan, karena menurut informasi beliau ada lakukan pendampingan di beberapa daerah termasuk di Papua,” tuturnya.
Walau nomor hand phone Bayu tidak aktif, Hamid mengaku terus melakukan komunikasi dengan istrinya Bayu untuk menyampaikan soal mesin yang belum pengadaan tersebut agar dikembalikan uangnya.
“Beberapa hari kemarin saya kontak dengan istrinya, katanya beliau ada di Kalimantan. Saya hanya lewat sms bahwa nanti, berapa Bumdes yang mesin belum pengadaan itu uangnya dikembalikan lewat rekening. Itu arahan dari pak Wali,” pungkasnya.
Lanjut Hamid, kemudian yang terakhir tadi, meminta nomor rekening BUMDes yang sudah terlanjur kirim. “Pertama itu desa Bale sudah transfer balik ke rekeningnya, lalu Toseho, dan desa Nuku kalau tidak salah. Tapi kitorang (kami-red) belum cek apa betul dia sudah masuk ke rekening itu atau belum. Kemarin saya sudah cek di Bale, katanya sudah ditransfer,” jelas Hamid.
Ditambahkannya juga, jika pengembalian tidak dilakukan semua maka akan diproses secara hukum.
Sementara itu, terkait dengan mesin yang belum dioperasikan, kata Hamid belum adanya SDM untuk pengoperasiannya. “Kemudian terkait dengn mesin yang sampai saat ini belum berfungsi itu, karena masyarakat disana belum tahu cara kerjanya seperti apa. Sehingga kita lagi kontak dengan beliau tapi sampai saat ini belum bisa komunikasi. Jadi pak Wali maupun saya lagi intens komunikasi dengan beliau,” bebernya.
Tambahnya, dan bilamana dalam waktu singkat tidak datang kesini. Maka pihaknya harus kerjasama dengan KLK atau sejenisnya agar membuat pendampingan kepada masyarakat tentang cara penggunaan mesin produksi tersebut.
“Sebenarnya mesin itu ada, cuman belum ada petunjuk bagaimana mengoperasikan itu. Minimal di akhir 2018 ini kita bisa kerja sama dengn KLK supaya mendampingi masyarakat dalam pengoperasian,” pungkasnya. (SS)