Beranda Maluku Utara Jalan Juang Sang Kapita

Jalan Juang Sang Kapita

1792
0
Penulis (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Mengenang Banau Dalam Peristiwa Perang Tuada

Saat dunia sedang berkecamuk
Di atas petak tanah Halmahera, pecah perang “Tuada se Tudowongi”
Arus menoneter yang mengacam Belanda
Memaksa Gubernur dan Kontrolir memperketat penarikan blasting
Karena perang dunia ke-I segera bergemuruh

Dunia terus berkecamuk
Dan rakyat miskin dipaksa membayar Blasting dengan tarif yang tinggi
Mereka diancam, ditangkap dan dihukum jika membangkang

Barangkali di dalam jiwa, mereka berkata,
“Aturan kompeni jadi penyakit, berbuah pembantaian, sebab kematian dan nyawa manusia tak lagi berharga”

Dunia semakin berkecamuk
Tapi rakyat lebih sporadis melawan belanda
Hingga maut menjemput orang-orang Jailolo
Darah mereka berhamburan di atas tanah
Aku iri pada mereka yang syahid di medan juang

Siang itu angin mengetuk dua paru-paru ku
Perang yang kubayangkan telah merobek-robek jiwa, raga dan darah ku
Ah, aku hanya penikmat lembaran histori yang gila
Yang hidup sesudah perang dua kekuatan berakhir

Tapi ingatanku masih pada kecamuk dunia
Pagi itu, 104 tahun lalu
Banau bangkit, Kapita yang tak pernah goyah di medan perang
Ia selalu memberontak, walau akhirnya mati ditiang gantungan

Banau itu pahlawan di mata rakyat Jailolo
Perang, penindasan dan penjajahan yang tak kunjung berakhir membuatnya garang
Ia memimpin rakyatnya mengepung kediaman kontrolir Belanda walau dihalau Tuan Agerbeek

Tapi Banau tak pernah mau tunduk pada penjajah
Hiruk-pikuk suara yang mengangkasa rakyat Jailolo karena marah meneguhkan janji bhakti sang kapita
Sudah masanya pedang, salawaku dan tombak terhunus mencari mangsa dan sasarannya.

Banau memimpin perang, dilihatnya beberapa tombak yang terhunus
Banau berteriak “Sembelih dia”
Pedangpun terhunus ke dada Kontrolir
Luka tusukan itu menembus dadanya, kemudian di cincang lalu roboh ke tanah bersimbah darah

Tak berselang lama, kabar itu menembus ke telinga penguasa Ternate
Diperintahkanya bala militer ke Jailolo untuk memulihkan situasi
Tapi belanda memanfaatkan situasi
Dua hari setelah peristiwa, kapal perang Van Overstraten mengangkut bala tentara berlabuh di teluk jailolo
Mereka mengincar Banau
Tapi niat sang Kapita sudah bulat, ia sedikitpun tak gentar
Dengan senjata seadanya ia berperang, tumpah darah tak bisa dihentikan
Hingga senjata api kompeni direbut
Sejak saat itu orang-orang Belanda tumbang

Kematian para serdadu memancing amarah Belanda
Dan Banau terpaksa mencari jalan sunyi mengatur siasat
Disini gerilya pertama, Banau tunjukan
Belanda keheranan, banau tak bisa ditangkap, ia menghilang tanpa jejak.

Banau terus bergerilya
Hingga malam penuh gelap itu tiba
Banau bersama dua orang pengikutnya menyasar dan membelah lautan hingga ke Ternate
Esoknya, seluruh seisi Istana Sultan Ternate gempar
Dengan kehadiran dan penyerahan diri Banau.
Sang Kapita dari Tuada akhirnya mati di tiang gantungan sebagai seorang syuhada
Dan Halmahera kembali berduka

Kini perang telah berlalu,
Namun pipi rakyat Jailolo masih dibasahi air mata
Tapi tenanglah, sebentar lagi Banau akan datang di dalam mimpi-mimpi kita.
Keringkan air matamu wahai rakyat Banau.
Ketahuilah, Sang Kapita itu berperang menuntut hak, martabat dan harga diri untuk merdeka di atas jengkal tanah pusaka leluhur.

Ternate
13 November 2018
Nasarudin Amin