Gamalamanews.com-TERNATE, Siang itu sabtu (15/07/17) di sebuah benteng peninggalan bangsa Portugis yang berdiri kokoh di Kelurahan Gamalama Kota Ternate Tengah.
Meski terik matahari menyapa sejumlah anak-anak yang datang ke sana. Semangat belajar seolah tak surut. Beruntung latihan kali ini di adakan di dalam ruangan tepat di sisi selatan Benteng Oranje.
Perlengkapan tarian sudah siap, pelatih tarian pun tak mau kalah semangat dari anak didiknya.
Tak lama kemudian terdengar alunan musik.
Hentakan musik Tarian Gala pun bergema, serentak penari cilik pun sibuk mengayunkan jari jemarinya.
Ada sisi romatis yang dijaga dalam tarian ini. Penarinya harus sepasang, perempuan dan laki-laki. Gerakan penari wanita lemah gemulai serasa pas beradu dengan gerakan penari cilik lelaki yang riang.
Dulu, tarian ini bawakan pada saat pesta para darah biru di Ternate. katanya, tarian ini adalah tarian mencari jodoh.
Puluhan mata yang menyaksikan gerak gemulai Tarian Gala mulai terhipnotis. Terbawa dengan gerakan gemulai sekaligus lincah khas Tarian Gala.
Menurut Ketua KAPSETI, Muhlis Kamarullah, “Didalam Tarian Gala, ada nilai-nilai kasih sayang, ada hubungan antara manusia dan manusia, alam dan kehidupan, saat ini tarian Gala sering ditampilkan saat menyambut tamu yang datang”, tuturnya.
Latihan seni yang dilaksanakan oleh Komunitas Peduli Seni Ternate Indonesia (KAPSETI) di Benteng Oranje, bukan tanpa maksud.
Mereka, adalah salah satu dari sekian banyak penggiat seni yang gelisah saat tarian, permainan anak tradisional, doroisa atau syair dalam bahasa Ternate, cum-cum atau cerita khas Ternate mulai ditinggalkan pewarisnya.
Tujuannya hanya satu, para generasi muda di Kota Ternate, tak lupa akan warisan budaya khas daerahnya.
Menurut Abdu Soleman, sekretaris KAPSETI, “kita di sini berlatih selama tiga jam, dalam tiga jam itu, kita latihan kesenian diantaranya, menari, menabuh alat musik, permainan tradisional anak yang mulai punah, sasra, dan masih banyak lagi yang semuanya khas budaya Ternate. Selain itu, selama kegiatan berlangsung, kita tidak ijinkan anak-anak memegang Hp”, tutur lelaki berputar dua itu.
Lanjutnya, Latihan ini untuk sementara dilaksanakan seminggu sekali. “Kita didukung tenaga pelatih dari berbagai basic kesenian, ada yang melatih tari, puisi, dan alat musik bahkan melukis. Semua pelatih adalah orang asli Ternate” jelas dia.
Istimewanya, diantara pelatih yang datang, ada seorang lelaki bernama Idrus atau kerap disapa om idrus, warga Kelurahan Kulaba Kecamatan Ternate Utara itu berumur 65 tahun. Terlihat ia begitu sabar melatih anak-anak memainkan salah satu alat musik tradisioanal .
Abdu Soleman berharap, tempat ini (Benteng Oranje-red) bisa menjadi media berkumpulnya seniman se Maluku Utara. “Ini tempat yang sangat bagus untuk kita jadikan tempat berkumpulnya para seniman, kita bisa bertukar ide, berbagi pengalaman, dan tentunya memelihara adat budaya seatorang” pungkasnya.
Di jaman yang serba moderen ini, ide Komunitas Peduli Seni Budaya Ternate Indonesia (KAPSETI) melestarikan budaya lewat seni perlu diacungi jempol. Tak hanya melestarikan seni budaya yang sudah ada, mereka bertekad membangkitkan seni budaya khas Ternate yang nyaris punah. (Wit)